MOLAHIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan
ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari
villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi
dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C.
Mary, 1995 : 104).
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1.
Faktor ovum
: ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
2.
Imunoselektif
dari tropoblast.
3.
Keadaan
sosio-ekonomi yang rendah.
4.
Paritas
tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
(Mochtar,
Rustam ,1998 : 23)
C. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1.
Mola
hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2.
Mola
hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
- Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena
itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
- Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki
fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehigga timbul gelembung.
- Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola
hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal
atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya
sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari
kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak
berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian
dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
1.
Mual dan
muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2.
Pembesaran
rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3.
Gejala –
gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4.
Gejala –
gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan
tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1.
Serum ß-hCG
untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada interval
waktu tertentu).
2.
Ultrasonografi
(USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung
gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak
jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG
maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
3.
Foto
roentgen dada.
F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
1.
Diagnosis
dini akan menguntungkan prognosis.
2.
Pemeriksaan
USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat
haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran
abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan
dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ
sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
3.
Lakukan
pengosongan jaringan mola dengan segera.
4.
Antisipasi
komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
5.
Lakukan
pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih
terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola
hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar
dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik
sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan
Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG
diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif
(diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta
besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak)
atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.
1.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola
Hidatidosa
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
- Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
- Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
- Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
- Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
- Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
- Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
- Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
- Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
- Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
- Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
- Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. - Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
- Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
- Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. - Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
- Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
- Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4.
Gangguan
rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
5.
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan
B. Intervensi
DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan
nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama
suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh
klien.
- Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien
merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
- Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan
penekanan pada area luka/nyeri.
- Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
- Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
- Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
membuat klien ketergantungan pada perawat.
- Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu
klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian
dalam memenuhi kebutuhannya.
- Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi secara mandiri.
DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
- Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
- Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi :
- Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien,
akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
- Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi
sehingga dapat merangsang untuk tidur.
- Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang
dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat
beristirahat.
- Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
- Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi
otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
- Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan
terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.
- Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau
dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
- Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan
demam.
- Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu
penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
- Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi pada hipothalamus.
DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan
tersebut mengganggu klien.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa
lega sehingga mengurangi kecemasan.
- Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien
secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.
- Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga
klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
- Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga
kecemasan dapat berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar